Halaman

Selamat Datang di U.S.E. Blog...Media Bertukar Saran dan Pendapat

Minggu, 20 Februari 2011

Asumsi Dasar Dalam Rancangan Percobaan (Asumsi Normalitas)

UJI NORMALITAS DENGAN METODE LILLIFORS
Mengapa Perlu Uji Normalitas ?
Sebelum kita menjawab pertanyaan di atas Gambar lihat pohon data dibawah ini dan pelajari. dengan seksama maka kita akan tahu ternyata data memiliki karakteristik masing-masing, dan itu menentukan arah analisis kita.

Pahami dengan perlahan konsep ini.
Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah karamba yang berisi ikan mas misal sebanyak 30 ekor. Dalam karamba tersebut ada beberapa ikan yang gemuk sekali dan ada beberapa ikan yang kurus sekali namun kedua kondisi gemuk dan kurus ini jumlah ikan hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-rata.
Jika ikan di karamba tersebut gemuk semua maka tidak normal, atau kondisi ikan kurus semua maka tidak normal. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah (ikan kurus) dan ekstrim tinggi (ikan gemuk) yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.
Lihat ilustrasi Ikan dalam karamba 30 ekor dengan berat (gr/ekor) sebagai hasil pengukuran dengan menggunakan penimbang triple beam balance, data disajikan sebagai berikut
Perlakuan A = 125,130,128, 135 gr/ekor
Perlakuan B = 165,178,180, 155 gr/ekor
Perlakuan C = 175,180, 195,178 gr/ekor
BUKTIKAN DATA BERAT IKAN MAS INI MENYEBAR NORMAL
 
Mengapa persyaratan data normal dalam rancangan percobaan menjadi penting ?


Sebelum memilih dan menggunakan rancangan percobaan, harus dipahami dulu tentang asumsi yang menjadi dasar. Karena jika data tidak memenuhi asumsi dasar tersebut akan menghasilkan kesimpulan yang salah atau tidak sesuai dengan kondisi pada saat penelitian berlangsung.
Ilustrasi sederhana
Pada saat penelitian kita ingin mengukur berat ikan dari hasil pemberian pakan merek A, B dan C dengan Rancangan Acak Lengkap ternyata dari hasil ANAVA menjukkan bahwa berat yang dihasilkan dari ketiga perlakuan adalah berbeda nyata akibat dari pemberian pakan. Karena asumsi dasar tidak dipenuhi meinimbulkan keraguan dari hasil penelitian ini apakah memang benar perbedaan yang terjadi tersebut berasal dari varian yang sama?. Mungkin saja perlakuan ini tidak berpengaruh namun karena kita tidak menguji persyatan pra analisis tersebut hasilnya menjadi bias, selain itu metode analisis varian merupakan salah satu model statatistik parametrik (statistik yang mengukur adanya tendensi sentral seperti mean, rata-rata, standar deviasi varian dan lain-lain) yang setiap penggunaan analisis parametrik ini di haruskan menguji kenormalannya agar kesimpulan menjadi sahih.
Jika kita melakukan percobaan dengan anava sebagai alat ukur pengaruh dengan mengukur variabel kontinu seperti selang waktu, bobot, tinggi, panjang,volume dan lain sebagainya, maka populasi yang kita ukur tersebut merupakan populasi yang memiliki distribusi kontinu.
PERHATIKAN DATA IKAN MAS DALAM KARAMBA PADA CONTOH DI ATAS
APA JENIS DATANYA ?
(Nominal, Ordinal, Skala atau Rasio)


Distribusi kontinu juga bermacam-macam. (interval dan rasio). Bervariasinya distribusi kontinu ditunjukkan dengan seberapa sempurna kurva dari distribusi tersebut. Diantara kurva-kurva distribusi kontinu tersebut, yang terpenting adalah sebuah distribusi kontinu yang grafiknya menjulur tak terbatas kedua arah. Distribusi inilah yang biasanya disebut distribusi normal. Sedangkan kurvanya disebut kurva normal.

Perhatikan jenis kurva normal berikut ini dan pahami konsepnya

Gambar 1. Karakteristik Grafik Kurva Normal

Karaktersitik grafik kurva normal adalah sebagai berikut
1. Kurva berbentuk genta (m= Md= Mo)
2. Kurva berbentuk simetris
3. Kurva normal berbentuk asimptotis
4. Kurva mencapai puncak pada saat X= m
5. Luas daerah di bawah kurva adalah 1 (½ di sisi kanan nilai tengah dan ½ di sisi kiri.) (luas bagian kiri = luas bagian kanan).

Gambar 2. Jenis Kurva Normal
Untuk bisa melakukan pengujian hipotesis dengan alat analisis ANAVA, maka data yang anda miliki haruslah data yang berdistribusi kontinu. Distribusi kontinu sendiri dapat berupa data interval dan rasio, mengapa data kontinyu saja yang bisa di analisis dengan anava sedangkan data diskrit (nominal dan ordinal) tidak bisa?.(baca kembali konsep data di atas!!).

Selanjutnya jika asumsi praanalisis dipenuhi dimana salah satunya mensyaratkan data harus menyebar secara normal, maka kita tidak perlu ragu lagi dengan kesahihan kesimpulan yang akan didapat jika kita melakukan pengujian hipotesis dengan anlisis varian (ANAVA).

LANGKAH KERJA PENGUJIAN KENORMALAN DATA DENGAN
CARA LILLIFORS.
1. Langkah pertama buat tabel bantu analisis dengan format sebagai berikut
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi)-Z(Si)
1
2
3
n





2. Isikan pada kolom X dengan data yang mau di uji, dengan mengurutkan data dengan nilai terendah s/d tertinggi, sehingga isian tabel menjadi sbb

No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi)-Z(Si)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195




Total


Mean

Median

Sdt.Dev/Simp. Baku (S)

Varian S2

3. Hitung Nilai total (∑X) mean (x), median (m), Standar Deviasi (S ) dan Varian (S2) dari data berat tersebut.
Jika telah di hitung, maka isian tabel menjadi
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi)-Z(Si)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195




Total
1924

Mean
160,33
Median
176,50
Sdt.Dev
24,72
Varian
611,078
4. Untuk mencari nilai normal baku (Z) dari data X dilakukan transformasi data dengan rumus

Jika telah di hitung dengan rumus Z maka isian tabel menjadi seperti tabel di berikut ini.
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi)-Z(Si)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195
-1.42
-1.30
-1.22
-1.02
-0.21
0.18
0.59
0.71
0.71
0.79
0.79
1.40



Total
1924

Mean
160,33
Median
176,50
Sdt.Dev
24,72
Varian
611,07
5. Selanjutnya hitung nilai baku mutlak (Zi) dengan melakukan konjugasi pada tabel Z sebagai contoh
Nilai Z1 = -1,42 di tabel lihat baris -1,4 dan kolom 0,02 sebaran normal bakunya 0,0778
Nilai Z2 = -1,30 di tabel lihat baris -1,3 dan kolom 0,00 sebaran normal bakunya 0,0968
Nilai Z3 = -1,35 di tabel lihat baris -1,3 dan kolom 0,05 sebaran normal bakunya 0,0885
Dan seterusnya sampai Z12.
Nilai Z12 = 1,40 di tabel lihat baris 1,4 dan kolom 0,00 sebaran normal bakunya 0,9192
Jika telah di hitung dengan melihat tabel Z maka isian tabel menjadi
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi)-Z(Si)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195
-1.42
-1.30
-1.22
-1.02
-0.21
0.18
0.59
0.71
0.71
0.79
0.79
1.40
0,0778
0,0968
0,0885
0,1539
0,4168
0,5174
0,7224
0,7611
0,7611
0,7952
0,7952
0,9192


Total
1924

Mean
160,33
Median
176,50
Sdt.Dev
24,72
Varian
611,07
6. Kemudian hitung nilai empirik baku S(Zi) dengan cara banyaknya Z1 ,Z2…Zn/n
1/12 = 0,0833 2/12 = 0,1667 3/12 = 0,2500 4/12 = 0,3333 dst… s/d 12/12 = 1,000
Jika telah di hitung dengan S(Zi) maka isian tabel menjadi
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi) – S(Zi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195
-1.42
-1.30
-1.22
-1.02
-0.21
0.18
0.59
0.71
0.71
0.79
0.79
1.40
0,0778
0,0968
0,0885
0,1539
0,4168
0,5174
0,7224
0,7611
0,7611
0,7952
0,7952
0,9192
0.0833
0.1667
0.2500
0.3333
0.4167
0.5000
0.5833
0.6667
0.7500
0.8333
0.9167
1.0000

Total
1924

Mean
160,33
Median
176,50
Sdt.Dev
24,72
Varian
611,07
7. Hitung selisih beda mutlak maksimum [F(Zi) – S(Zi)]
0,0778 – 0,0833 = 0,0055
0,0968 – 0,1667 = 0,0699
0,0885 – 0,2500 = 0,1615
Jika telah di hitung dengan [F(Zi) – S(Zi)] maka isian tabel menjadi
No
X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(zi) – S(Zi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
125
128
130
135
155
165
175
178
178
180
180
195
-1.42
-1.30
-1.22
-1.02
-0.21
0.18
0.59
0.71
0.71
0.79
0.79
1.40
0,0778
0,0968
0,0885
0,1539
0,4168
0,5174
0,7224
0,7611
0,7611
0,7952
0,7952
0,9192
0.0833
0.1667
0.2500
0.3333
0.4167
0.5000
0.5833
0.6667
0.7500
0.8333
0.9167
1.0000
0.0055
0.0699
0.1615
0.1794*
0.0001
0.0174
0.1391
0.0944
0.0111
0.0381
0.1215
0.0808
Total
1924

Mean
160,33
Median
176,50
Sdt.Dev
24,72
Varian
611,07
Nilai beda mutlak maksimum semua bernilai positif, beri tanda (*) pada nilai tertinggi untuk nantinya dibandingkan dengan Nilai L tabel. 5% atau 1%.
8. Kesimpulan akhir
ó Jika L hitung < L tabel 5% & tabel 1%, data menyebar normal
ó Jika L hitung >  L tabel 5% & tabel 1%, data tidak menyebar normal
Maka nilai tertinggi dari nilai beda mutlak maksimum [F(Zi) – S(Zi)] adalah 0,1794.
ó Lihat tabel Lα(n) = L 5%(12) = 0,242
ó Lihat tabel Lα(n) = L 1%(12) = 0,275
L hitung (0,1794) < L Tabel  5% (0,242) & L Tabel 1% (0,275)
Dengan hasil tersebut maka ragam data berat ikan mas dalam karamba menyebar normal.
 
Unduh file versi pdf DI SINI

5 komentar:

  1. saya mau tanya,Pak >___<
    Mengapa Perlu Uji Normalitas ?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. rozzana erziaty atyoez21 Februari 2011 pukul 16.17

    Assalamualaikum,...Selamat ya pah, atas terbitnya Blog p2h...semoga ilmu yang p2h tampilkan menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi pembacanya....muach p2h,..wassalam

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum.. Pak, boleh saya minta daftar pustaka dari materi yang bapak paparkan? terima kasih

    BalasHapus
  5. Sory baru di aktifkanlagi.. to daftar pustaka bisa dlihat Metode Statistik By Nasution dan Barizi

    BalasHapus

mari bertukar informasi saran dan pendapat...